Rabu, 02 Maret 2011

Homopoiesis

STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR
TAHUN 2009

DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan ………………………………..……………………...1
1.Latar Belakang …………………………………………...2
2.Tujuan …………………………………………………....3
Hemopoiesis, Perkembangan dan Penumbuhan Tulang…………..4
Hemopoiesis ……………………………………………….5
Proses Pembentukan Sel Darah …………………………....8
Perkembangan Dan Penumbuhan Tulang ………………………...10
Penularan Intramembranosa ……………………………….11
Penularan Endokondral (Intrakartilago) …………………...12
Remodeling dan Rekonstruksi Tulang …………………….14
BAB II
Penutup ……………………………………………………………15
a. Kesimpulan ……………………………………………...15
b. Saran …………………………………………………….15
Daftar Pustaka …………….…………………………………..15
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNyalah, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun makalah histologi ini berjudul Hemopoesis, Perkembangan dan Penumbuhan Tulang .
Dalam penyelesaian makalah ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang kami miliki, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah kami perlukan untuk pengembangan makalah ini kedepan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Makassar, 4 Mei 2009

Kelompok VI



1

BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia pembentukan sel-sel darah sangat berperan penting dalam proses penumbuhan dan perkembangan seorang individu, seperti yang kita ketahui bahwa ada sebuah kehidupan di muka bumi ini yang berawal dari kehidupan fetus hingga bayi dilahirkan, pembentukan sel darah berlangsung dalam 3 tahap yaitu:
1. Pembentukan di saccus vitelinus
2. Pembentukan dihati,kelenjar limfe dan limpa
3. Pembentukan di sumsum tulang.
Sesudah lahir semua sel darah dibuat pada sumsum tulang kecuaili limfosit yang juga dibentuk di kelenjar limfe, thymus dan lien. Pada orang dewasa pembentukan sel-sel darah dibentuk di luar sumsum tulang masih dapat terjadi bila sumsum tulang mengalami kerusakan atau mengalami fibrosis.

2

Sampai dengan usia 5 tahun pada dasarnya semua tulang dapat menjadi tempat pembentukan sel darah tetapi sumsum tulang dari tulang panjang kecuali bagian proksimal, humerus, dan tibia, tidak lagi membentuk sel darah setelah usia mencapai 20 tahun. Setelah usia 20 tahun sel darah diproduksi teerutama pada tulang belakang, sternum tulang iga dan ilium.nah dengan demikian peran pembentukan sel-sel darah sangat penting dalam tumbuh dan perkembangan seseorang .


2. Tujuan
Adapun tujuan yaitu, sebagai berikut :
 agar dapat menjelaskan dengan baik tentang apa sebenarnya tentang hemopiesis, perkembangan dan penumbuhan tulang.
 Selain itu juga dapat membuka wawasan berfikir kita dalam arti mencari dan menemukan.
 Dan dapat menambah ilmu pengetauan kita sebagai bekal ke depan.

3

HEMOPOIESIS, PERKEMANGAN DAN PENUMBUHAN TULANG

HEMOPOIESIS
Hemopoiesis adalah proses pembentukan darah yang terjadi di dalam jaringan hemopoietik. Unsur darah yang berbentuk dapat dibagi dalam dua golongan menurut tempat berkembang dan berdeferensiasi pada orang dewasa, yaitu Limfosit dan monosit. Limfosit adalah sel-sel bulat dengan diameter yang berfariasi antara 6 sampai 8 mm, walaupun beberapa diantaranya mungkin lebih besar.
 Jumlah limfosit adalah 20 sampai 35% dari leukosit darah normal.
 Beberapa limfosit dalam sirkulasi darah normal mungkin berukuran 10 sampai 12 mm.
 Pada orang dewasa, dalam keadaan patologis tertentu, unsur mieloid dapat dibentuk lagi di dalam limpa, hati dan lumfonodus, keadaan tersebut di kenal sebagai hemopoiesis ekstra-medular.

4
Eritrosit dan granulosit dalam keadaan normal dihasilkan didalam sumsum tulang (jaringan mieloid) dan disebut sebagai unsur-unsur myeloid.
Hematopoiesis telah di mulai sejak masa fetus dalam kandungan yaitu ketika saccus vitellinus terbentuk sedang organ-organ lain belum.
Pembentukan sel-sel darah berlangsung dengan 3 tahap :
1. Pembentukan di saccus vitellinus
2. Pembentukan di hati, kelenjar getah bening dan limpa
3. Pembentukan di sumsum tulang (mieloid)
Perkembangan Unsur-unsur Mieloid
Dalam keadaan normal jaringan mieloid terdapat di dalam rongga-rongga sumsum tulang yaitu disebutsumsum tulang. Sumsum tulang adalah organ terbesar di dalam tubuh, terdiri atas kira-kira 4,5% dari jumlah seluruh berat tubuh. Pada orang dewasa ada 2 macam sumsum tulang yaitu sumsum tulang merah dan sumsum tulang kuning. Sumsum tulang merah merupakan jaringan hemopoietik yang aktif, sedangkan di dalam sumsum tulang kuning kebanyakan jaringan hemopoietik telah diganti oleh lemak.

5
Pada orang dewasa, sumsum tulang merah terutama terdapat di dalam tulang dada, iga, ruas tulang belakang, tempurung kepala, dan epifisis proksimal dari beberapa tulang panjang.
Jaringan mieloid terdiri atas suatu kerangka atau stroma, pembuluh darah, dan sel-sel bebas terletak di dalam jala-jala stroma.
 Stroma
Kerangkanya adalah jaring-jaring longgar terdiri atas serat retikulin (argirofil) yang erat hubungannya dengan sel retikular primitif dan fagositis. Sel-sel lemak tersebar satu-satu di dalam stroma, tidak seperti pada sumsum tulang kuning yang sel-sel lemaknya begitu banyaknya sehingga seakan-akan tak ada lagi tempat untuk unsur yang lain.
 Pembuluh-pembuluh Darah
Gambaran khusus pendarahan jaringan mieloid adalah adanya sinusoid yang berkelok-kelok lebar dan yang dapat dibedakan dari kapiler oleh diameternya yang besar dan hubungannya yang erat dengan sel-sel retikular adventisia yang fagositik secara minimal.

6
Dinding sinosoid mempunyai lubang-lubang lebar dan lamina basal yang mengelilinginya tidak sempurna. Lubang-lubang dalam dinding tersebut, memungkinkan sel darah yang baru dibentuk dengan mudah masuk ke dalam sirkulasi. Arteriol-arteriol berhubungan langsung dengan sinusoid-sinusoid, dan dari sinusoid-sinusoid sendiri darah dialirkan oleh vena-vena yang berdinding tipis, yeng meninggalkan sumsum tulang lewat banyak tempat.
 Sel-sel Bebas
Sel-sel yang terlatak bebas di dalam jala stroma mewakili semua tahap pendewasaan sel-sel darah merah dan darah putih. Erirtrosit dewasa, ketiga jenis leukosit granular, dan leukosit agranular (limfosit, monosit, dan beberapa sel plasma) terdapat di antara unsur-unsur yang belum dewasa (imatur).
 Sel Induk (stem cell) : Hemositoblas
Hemositoblas adalah suatu sel amuboid yang bersifat limfoid. Sel ini relatif besar dengan diameter sekitar 10-14 µm. Intinya relatif tak berdiferensiasi dan mengandung satu atau dua anak inti. Pada sediaan hapus intinya memperlihatkan timbunan bahan kromatin yang padat.

7
Pada sajian sumsum tulang inti tampak vestikular, dengan beberapa kondensasi heterokromatin di bagian tepi pifer, dan anak intinya jelas.
Hemositoblas timbul terutama dengan pembelahan mitosis dari jenisnya sendiri. Sel itu terdapat dalam jumlah kecil di dalam sumsum, dan dianggap sangat lambat dalam perubahannya. Sel-sel tersebut menghasilkan semua unsur mieloid dan disamping itu menurut teori unitaris dari hemopoiesis menghasilkan pula unsur-unsur limfoid.
Proses Pembentukan Sel Darah :
 Pembentukan sel darah terjadi pada awal masa embrional, sebagian besar pada hati dan sebagian kecil pada limpa.
 Dari kehidupan fetus hingga bayi dilahirkan, pembentukan sel darah berlangsung dalam 3 tahap, yaitu :
1. Pembentukan di saccus vitellinus
2. Pembentukan di hati, kelenjar lemfe dan limpa
3. Pembentukan di sumsum tulang
 Pembentukan sel darah mulai terjadi pada sumsum tulang setelah minggu ke-20 masa embrionik.


8
Dengan bertambahnya usia janin, produksi sel darah semakin banyak terjadi pada sumsum tulang dan peranan hati dan limpa semakin berkurang.
 Sesudah lahir, semua sel darah dibuat pada sumsum tulang, kecuali limfosit yang juga dibentuk di kelenjar limfe, thymus dan lien.
 Pada orang dewasa, pembentukan sel darah di luar sumsum tulang masih dapat terjadi bila sumsum tulang mengalami kerusakan atau mengalami fibrosa.
 Sampai dengan usia 5 tahun, pada dasarnya semua tulang dapat menjadi tempat pembentukan sel darah. Tetapi sumsum tulang dari tulang panjang, kecuali bagian proksimal, humerus dan tibia, tidak lagi membentuk sel darah setelah usia mencapai 20 tahun.
 Setelah usia 20 tahun, sel darah diproduksi terutama pada tulang belakang, sternum, tulang iga dan ilium.
 75% sel pada sumsum tulang menghasilkan sel darah putih dan hanya 25% sel darah merah.
 Jumlah eritrosit dalam sirkulasi 500 kali lebih banyak dari lekosit. Hal ini disebabkan oleh karena usia lekosit dalam sirkulasi lebih pendek (hanya beberapa hari) sedangkan eritrosit (120 hari).
9

Perkembangan dan Penumbuhan Tulang

Tulang memiliki sifat unik tertentu yang perlu diperhatikan bila membahas cara perkembangan dan penumbuhan tulang yaitu :
1. Tulang mempunyai sistem kanalikuli, yaitu saluran halus yang meluas dari satu lakuna ke lakuna lainnya dan meluas ke permukaan tulang, tempatnya bermuara ke dalam celah-celah jaringan.
2. Tulang bersifat avaskular. Sistem kanalikuli tidak dapat berfungsi baik bila jaraknya dari suatu kapiler melebihi 0,5 mm.
3. Tulang hanya dapat tumbuh melalui mekanisme aposisional. Penumbuhan interstisial, seperti pada tulang rawan, tidak mungkin pada tulang karena adanya garam dapur (limesalt) dalam matriks yang tidak memungkinkan terjadinya pengembangan dari dalam.
4. Arsitektur tulang tidak besifat statis. Tulang dihancurkan setempat-setempat dan dibentuk kembali.

10
Melihat asal embriologisnya, terdapat dua jenis perkembangan tulang, yang intramembranosa dan yang endokondral (atau intrakartilaginosa). Pada yang intramembranosa, tulang berkembang secara langsung pada atau di dalam membran; pada yang endokondral, tulang berkembang di dalam tulang rawan yang harus dihilangkan dahulu sebelum dapat terjadi osifikasi.
Penulangan Intramembranosa
Proses ini paling jelas dipelajari pada tulang pipih tengkorak. Pada tempat akan dibentuk tulang, mesenkim terdiri atas sel-sel jaringan ikat primitif yang saling berhubungan melalui cabang-cabang protoplasma, tetapi protoplasma itu tidak menyatu. Substansi interselnya bersifat semi-cairan yang mengandung serat kolagen halus.
Selama terjadi pembentukan tulang pada beberapa pusat osifikasi, pada awalnya tulang terdiri atas “spicules” dan trabekula, dan bersifat spongiosa. Tulang itu dari jenis teranyam (“woven bone”), yaitu :



11

Penularan Endokondral (Intrakartilaginosa)

Jenis penularan ini, yang mencakup penggantian model tulang rawan dengan tulang, paling jelas dipelajari pada tulang panjang. Bentuk model tulang rawan itu sesuai dengan bentuk tulang itu di kemudian hari, tetapi tentu berukuran lebih kecil. Dalam perkembangannya, tulang rawan itu diganti dengan tulang, kecuali permukaan persendian, tetapi proses ini lambat dan baru terjadi setelah tulang mencapai ukuran sebenarnya dan tidak tumbuh lagi. Bagian luar tulang rawan dibungkus oleh perikondrium, yang sangat selular karena mengandung banyak sel jaringan ikat embrional.
Pada penularan endokondral pembentukan tulang diawali pada daerah perikondrium yang melingkari bagian pertengahan diafisis. Perikondrium di sini bertambah pembuluh darahnya dan berfungsi osteogonik. Sel-sel yang berbatasan dengan tulang rawan membesar, menjadi osteoblas, dan mulai menghasilkan tulang secara intramembranosa. Maka terbentuklah cincin atau kera tulang periosteal yang mengelilingi bagian tengah diafisis tulang rawan. Perikondrium daerah ini menjadi periosteum.
12
Mulai dari ujung tulang rawan dan menuju ke arah pusat osifikasi, berturut-turut dapat dibedakan zona-zona berikut ini, yang menggambarkan proses pembentukan tulang endokonral yang berkesinambungan, yaitu :
1. Zona cadangan atau tenang (rihat). Zona ini yang terdiri atas tulang rawan hialin primitive, terdapat paling dekat dengan ujung tulang.
2. Zona proliferasi. Zona ini aktif dengan banyak gambaran mitosis.
3. Zona maturasi (pematangan). Di sini tidak terjadi mitosis lagi dan sel-sel serta lakuna membesar, dan berubah bentuk menjadi kuboid.
4. Zona kalsifikasi (pengapuran). Pada Zona ini matriks yang mengelilingi lakuna yang membesar itu terpulas sangat besofilik karena adanya endapan mineral didalamnya.
5. Zona retrogresi (degenerasi). Sel-sel tulang rawan mati dan larut, sama halnya dengan matriks di antara sel-sel itu.
6. Zona osifikasi (penulangan). Di sini osteoblas berkembang dari sel mesenkim yang berasal dari jaringan sumsum dan berkumpul pada lempeng tulang rawan berkapur yang terbuka, tempat mereka mulai meletakkan tulang. Sisa tulang rawan berkapur membentuk rangka penyokong.
13
7. Zona resorpsi. Sementara osifikasi meluas ke arah ujung tulang rawan, rongga sumsum bertambah luas akibat resorpsi tulang di bagian tengah diafisis.

Remodeling Dan Rekonstruksi Tulang
Sewaktu tulang tumbuh, susnannya semakin rumit, oleh adanya rekonsrusi internal dan remodeling. Remodeling terjadi akibat adanya resorpsi pada daerah tertentu dan peletakan tulang baru pada tempat lain. Resorpsi berhubungan dengan osteoklas. Pada bidang temu antara osteoklas dan tulang terlihat adanya akivitas permukaan berupa garis-garis pada sitoplasma. Dengan M.E. terlihat sebagai lipatan-lipatan membran sel yang dalam dan tidak teratur. Setiap rekonstruksi tulang terjadi sebagai respons terhadap tekanan mekanik setempat pada tulang.





14

Bab II
Penutup
a. Kesimpulan
Dalam berbagai penjelasan diatas dapat kami tarik kesimpulan bahwa hemopoiesis adalah proses pembentukan darah, dalam hal ini kita melihat bahwa proses pembentukan darah sangatlah berperan penting dalam penumbuhan dan perkembangan tulang kita. Dalam hal ini terjadi pada awal masa embrional, sebagian besar pada hati dan sebagian kecil pada limpa sampai pada lima tahun, pada dasarnya semua tulang dapat menjadi tempat pembentukan sel darah. Tetapi sumsum tulang dari pembentukan tulang dari tulang panjang, kecuali bagian proksimal humerus dan tibia, tidak lagi membentuk sel darah setelah usia mencapai 20 tahun.

b. Saran


15

DAFTAR PUSTAKA

LEESON, C Roland buku teks histologi = Text book of histology/c. Roland leeson, Thomas s. leeson A paparo: ahli bahasa, Yan Tambayong, dkk. -ed 5 – Jakarta: EGC, 1996.
Syauki suheyra, Dr. Andi, diktat histologi. Makassar 2007
A Rusly, dr Aryanti, Drs. A. Mushawwir taiyeb, M. Kes.
Diktat fisologi I, UIT makassar, 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar